Senin, 16 Februari 2015

Indochina Trip: Singapore, Vietnam, Cambodia, Malaysia

Rencana awal tujuan perjalanan kami adalah Hongkong, tetapi karena pada saat itu kondisi politik di Hongkong belum stabil maka kami mencoba mencari alternatif negara lain.  Pada saat browsing tiket kami menemukan tiket Promo Denpasar - Singapore (transit)-Ho Chi Minh City PP untuk keberangkatan tanggal 13 Januari 2013 dengan Tiger Air hanya dengan Rp. 950.000.  Kami sengaja tidak membeli tiket Pulang Pergi karena kami melihat ada kemungkinan kita melanjutkan perjalanan dari Ho Chi Minh City ke Angkor Wat di Siem Reap!! Dan itulah yang kami lakukan, kami membeli tiket baliknya Siem Reap - Kuala Lumpur (transit) – Denpasar dengan Air Asia. Dengan demikian kami harus mengatur perjalanan antar negara dan pilihan kami adalah menggunakan bus. Kami membeli tiket bus via online untuk tujuan Ho Chi Minh City – Phnom Penh, Phnom Penh – Siem Reap di www.catmekongexpress.com. Sebelum membeli tiket kami pastikan bahwa jadwal bis (tanggal dan jam) harus tepat dengan menyusun itenary tour kami. 

Day 1, Denpasar, Singapore, Ho Chi Minh City, Cao Dai Tample, Chu Chi Tunnel, Reunification Museum
Hari yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga! Pulang kantor kami menuju Bandara Ngurah Rai untuk check in dan pada saat check in kami diminta untuk menunjukkan data lengkap dan departure tiket. Hal ini dikerenakan kita hanya bisa tinggal 15 hari dengan bebas Visa Asean di Vietnam. Kami berangkat pukul 19:00 dan mendarat di Changi sekitar pukul 22:00 sedangkan pesawat menuju Ho Chi Minh keesokan harinya pukul 07:40 pagi. Kami sengaja menghabiskan waktu di airport karena mengingat kami harus check in di pagi buta sehingga kami harus benar-benar menghitung waktu yang kami perlukan.
Suasana di Changi Airport cukup nyaman dan fasilitasnya sangat lengkap mulai dari 24 hours movie di lantai 3, free wifi (untuk mendapatkan wifi access kami harus me-scan passport kami), drinking water, 24 hours food court, game corner, private lounge dan masih banyak lagi. Apabila mau tidur bisa menggunakan sofa atau kursi yang cukup nyaman di waiting lounge. Banyak sekali penumpang yang menghabiskan waktu di airport menunggu pesawat  berikutnya.

Kesokan paginya kami terbang ke Ho Chi Minh dan mendarat di Tansonnaht airport pukul 08:45. Kami dijemput oleh driver kami dan langsung menuju Cao Dai Tample dari airport. Kami sengaja memesan mobil dan driver via online dari Indonesia agar kami tidak kehilangan waktu.  Kami merekomendasikan Rent Car yang kami pakai karena drivernya paham betul dengan tempat wisata yang kami kunjungi dan mobilnya yang ditawarkan tergolong nyaman. Selain itu contact personnya yang kebetulan juga Managing Director sangat profesional dan helpful dengan arrangement kami. Detail Rent Car tersebut adalah Roads Tour Vietnam C/P  Đào Trung Nguyên - Ryan/ Mr (Managing Director)
09 Hoa Sua Str, Ward 07, Phu Nhuan District, Ho Chi Minh City, VietNam
Tel: ++848 35108112 ; ++848 35108113. Fax: ++848 35108144
Cell: ++84 909511103 or ++84 918099478
Email: ryan@roadstourvietnam.com. Web: www.roadstourvietnam.com
Mobil yang kami pakai adalah Toyota Fortuner dengan biaya sewanya adalah USD 70 untuk 12 Jam. Harga tersebut adalah untuk biaya mobil, driver dan bahan bakar.
  Diperlukan waktu sekitar 2 jam untuk sampai ke tempat ini dari Ho Chi Minh City.Kami sampai di Cao Dai Temple sekitar pukul 12:00 dimana para jemaah mulai berdatangan untuk bersembahyang. Para jemaah menggunakan pakaian seperti jubah dengan warna putih dengan tutup kepala seperti udeng.Cao Dai Temple adalah tempat ibadah penganut Caodaism yang merupakan agamamonoteisresmi yang didirikandi kotaTâyNinhdi Vietnamselatanpada tahun 1926.Untuk memasuk ke dalam kuil para pengunjung diwajibkan untuk melepas alas kaki dan di dalam kuil pengunjung tidak diperbolehkan berfoto kecuali mengambil gambar interior. Di halaman Cao Dai Temple kebetulan kami bertemu dengan seorang yang fasih berbahasa Inggris yang menawarkan restaurant tanpa masakan babi karena melihat kami adalah rombongan Muslim. Kami kemudian menuju restaurant tersebut yang pemiliknya memberitahu kami bahwa restaurant tersebut hanya menyediakan seafood dan vegetarian food. Harga yang kami bayar untuk 5 set menu masakan Vietnam adalah VD 120.000/paket dengan kurs 1VD = Rp. 0.7 sehingga total yang kami bayar adalah VD 600.000. Harga yang pantas untuk porsi makan yang besar dan berbagai variasi menu. Hampir semua masakan bisa kami makan kecuali 1 macam masakan sejenis tumis sayur oyong tetapi bentuknya lebih kecil. Nama restaurant tersebut adalah Ngoc Tuyet berjarak sekitar 5 menit dari Cao Dao Temple.
Selesai makan siang kami berangkat menuju Chu Chi Tunel, yaitu lokasi bekas perang Vietnam dimana terdapat terowongan yang dibangun Viet Cong dan memiliki panjang total 250 KM! Sesampainya di Chuci Tunel kami membeli tiket seharga VD 90.000 per orang dan sayangnya semua tulisannya berbahasa Vietnam. Setelah masuk ke dalam area Chu Chi Tunel saya sedikit kecewa karena yang kami lihat hanya beberapa gubug yang didalamnya terdapat TV dengan siaran documenter dan pepohonan disekililingnya. Tidak lama kemudian kami dipanggil oleh petugas wanita untuk diminta bergabung dengan wisatawan lain dan ternyata sudah ada seorang pemandu yang akan mengantarkan kami berkeliling. Disinilah hal yang menarik dimulai!! Pemandu tersebut menjelaskan secara detail dan teratur mengenai apa yang terjadi di wilayah sekitar Chu Chi Tunel selama perang. Mulai dari pintu masuk ke dalam terowongan yang sempit, jebakan yang mematikan, ventilasi terowongan, ruang rapat, dapur, tempat pembuatan baju, rumah sakit dan sebagainya. Kami dibuat kagum dengan kecerdikan para pejuang Viet Cong dalam menghadapi musuh. Kita juga bisa mencoba menembak dengan peluru dan senapan asli di lapangan tembak yang disediakan dengan membayar sekitar USD 25. Di samping lapangan tembak terdapat dapur yang emperagakan pembuatan Rice Paper yaitu untuk bugkus Vietnamese Spring roll. Peragaannya mulai dari pembuatan tepung beras sampai jadi Rice Paper.
 



Diakhir perjalanan kami berhenti di sebuah gubuk untu menikmati Green Tea dan ketela rebus yang dimakan dengan taburan campuran kacang tanah yang ditumbuk dengan gula pasir. Makanan tersebutlah yang menjadi makanan sehari-hari para pejuang Viet Cong pada saat perang. Kami mengucapkan terima kasih kepada pemandu kami dn kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan menuju Reunification Palace. Sayang sekali sesampainya di sana pintu gerbang Reunification Palace sudah tutup dan kami hanya bisa berfoto di depannya.
Kami langsung menuju hotel untuk check in dan ternyata tidak begitu jauh dari Reunification Palace. Kami menginap di Beauty Guest House, 185/14 Pham Ngu Lao, District 1, Ho Chi Minh City, Vietnam. Hotelnya strategis dekat dengan Ben Tanh Market hanya 10 menit dengan jalan kaki dan banyak restaurant di sekitarnya. Hotelnya lumayan bersih, kamarnya besar, free WiFi, staffnya ramah, helpful dan ratenya sudah include breakfast (Bread dengan jam dan butter, fried egg, coffee/tea dan fresh fruite). Hotel ini sangat direkomendasikan untuk yang mencari budget accomodation.
Malam harinya kami disarankan oleh staff hotel untuk ke Ben Tanh Market karena di sekitarnya banyak Halal Restaurant. Pilihan kami jatuh pada sebuah resturant bernama Kedai Hajah Basiroh di Nguyen An Ninh Street yang menyajikan masakan Malaysia dan Vietnam. Cobalah Pho Halal di sini saya merekomendasikan restaurant ini karena rasa makanannya yang enak, harganya pantas dan tempatnya yang bersih. Kalau anda wanita jangan pesan 1 porsi karena 1 porsi makanan bisa untuk 2 orang.

Day 2, Vinh Nghiem Pagoda, War Museum, Notre Dame Cathedral, Old Post Office, Ben Tanh Market dan Phnom Penh
Selesai makan pagi kami menuju Vinh Nghiem Pagoda dengan menggunakan mobil dan driver yang

sama. Pagoda ini merupakan Pagoda Buddha Mahayana terbesar di Ho Chi Minh City. Pada tahun 1964, ketika biksu Thich Giac Tam dan Thich Thanh Kiem dari utara datang untuk menyebarkan agama Buddha, Pagoda Vinh Nghiem dimulai dibangun mengikuti desain arsitek Nguyen Ba Lang. Pagoda ini selesai pembangunannya pada tahun 1971. Arsitektur di pagoda inni sangat indah dan memiliki halaman parkir yang sangat luas.

Setelah sekitar 30 menit kami berada di pagoda tersebut, kami melanjutkan perjalanan kami ke War Remnants Museum.Di halaman museum dipamerkan Tank, Meriam, Peswat dan Helokopter bekas perang Vietnam. Sebelum memasuki gedung kami membeli tiket seharga VD 15.000/orang. Di lantai dasar museum banyak memamerkan dokumentasi berupa foto tentang kegiatan tentara Vietnam dan counter souvenir. Bagi yang kuat mental silahkan naik ke lantai atas, di sini dipamerkan foto korban kekejaman selama perang dan benda-benda peninggalan semasa perang seperti senjata dan kamera. Terdapat salah satu ruangan yang menarik perhatian saya karena warnanya yang mencolok. Di depan ruangan tersebut tertulis Agent Orange Aftermath dan di dalam ruangan tersebut dipamerkan foto-foto korban senjata kimia yang kebanyakan korbannya adalah anak-anak. Menyedihkan sekali....Oleh karena itu kami TIDAK menampilkan gambar tersebut

Kami masih juga membicarakan kengerian dan penderitaan selama perang di dalam mobil yang mengantarkan kami ke tempat tujuan berikutnya. Kami sampai di Notre Dame Cathedral dan kami sangat kagum dengan keindahan arsitektur bangunan tersebut.  Bangunan gereja ini terletak di pusat kota Ho Chi Minh City, Vietnam. 

Katedral yang memiliki dua menara lonceng ini dibangun antara tahun 1863 dan 1880  oleh bangsa Perancis. Diseberang Cathedral terdapat Old Post Office  yang dibangun ketika Vietnam masih menjadi bagian dari Indochina Perancis pada awal abad ke-20. Bangunan ini memiliki gaya arsitektur neoklasik yang dirancang dan dibangun oleh arsitek terkenal Eiffel.
Gustave

Saatnya Shop Till You Drop!!! Ben Tanh Market..kami datang kembali!! Kami disambut dengan teriakan dari para pedagang..KAKAK SILAHKAN KAKAK...MURAH KAKAK.
Rupanya di sini banyak pedagang yang bisa berbahasa Melayu. Kami membeli oleh-oleh berupa T-Shirt, Gantungan Kunci, Magnet Kulkas, Dompet, Tas dll. Bagi yang sering ke Pasar Sukawati, Ben Thanh Market adalah versi Vietnamnya karena harga kaos yang tadinya ditawarkan seharga VD 120.000 bisa terbeli dengan harga VD 40.000. Uniknya kita bisa membayar dengan Vietnam Dong, US Dollar atau Ringgit Malaysia.
Puas berbelanja, kami makan siang di tempat makan yang sama seperti kemarin dan selesai makan siang kami menuju kantor bus Mekong Express di Phạm Ngũ Lão yang juga dekat sekali dengan hotel kami. Bus yang akan kami tumpangi berangkat pukul 15:00 dan kami sudah membeli tiket via online seharga US$ 15 Dollar/Orang. Ada dua pilihan Bus yaitu bus besar dan mini bus yang di Indonesia lebih banyak disebut dengan “Travel”. Untuk perjalanan kali ini kami memilih menggunakan mini bus atau mereka menyebutnya VIP Bus.
Perjalanan ke Phnom Penh memakan waktu sekitar 6 jam dengan kondidi aspal rata tetapi tidak sehalus di Indonesia. Mobil berhenti di border Vietnam dan Cambodia untuk proses imigrasi para penumpang. Lepas dari border mobil berhenti sekitar 30 menit di sebuah restaurant untuk mempersilahkan penumpang makan malam. Karena restaurant ini tidak menyediakan makanan halal maka kami hanya makan Mie Instant dan kebetulan berlabel HALAL. Kami menyarankan untuk membeli makanan Halal (bungkus) dari Ho Chi Minh dan dimakan di restaurant ini. Perjalanan berlanjut dan di tengah perjalanan mobil harus menyeberangi Sungai Mekong dengan menggunakan Kapal Ferry. Ini mengingatkan kami ketika pulang ke Jawa tetapi pelabuhan di Sungai Mekong sangat kecil dan sederhana tidak sebagus Pelabuhan Ketapang - Gilimanuk. Tepat pukul 21:00 kami sampai di kantor perwakilan Mekong Express di Phnom Penh yang dekat dengan Night Market dan tidak jauh dari hotel kami. Kami tidak merekomendasikan hotel yang kami tinggali, walaupun tempatnya strategis, pelayanannya sangat tidak bagus. Selesai melakukan Check In proses kami beristirahat untuk perjalanan berikutnya

Day 3, Killing Field, Tuol Sleng, Sholat Jumat, Grand Pallace, Russian Market, Central Market, Mekong River Cruise, Night Market
Hari ini adalah hari Jum’at pukul 08:00 pagi dan kami sudah siap di Lobby hotel untuk menunggu mobil yang sudah kami pesan. Tidak lama kemudian driver yang kami tunggu datang dan kami langsung sampaikan kalau kami mau cari makan pagi yang halal. Diluar dugaan kami, Driver kami bilang “Yes no problem I drive you to Halal Restaurant near here, I am Moslem, my name is Sokry and we can go Shalat Jum’at together”.... kami langsung merinding dan mengucap Alhamdulillah....kami memang diberkahi dan tidak henti-hentinya kami bersyukur. Kami sebenarnya sudah memesan mobil via online tetapi pada saat kami mau confirm mereka tidak membalas email saya dan akhirnya kami batalkan. Kami kemudian memesan via online di perusahaan lain dan kami akhirnya mendapatkan seorang driver Moslem. Kami merekomendasikan driver ini Sen Sokry, No 523 Street 369, Sangkat Prek Pra, Khan Meanchey, Phnom Penh. Telephone 092847504 / 011891362
Kami diantar ke restaurant halal yang beralamat di 130 St No 13E  dan kebetulan nama restaurant tersebut bertuliskan Huruf Khmer. Restaurant menyajikan Masakan Khmer Halal,  terletak berhadapan dengan Sher Punjab Restaurant dan Lemon Grass Restaurant serta dekat dengan Hotel Indochine 2. Kami merekomendasikan restaurant ini karena rasa masakannya enak, cobalah White Noodle Soup yang hanya ada di menu Breakfast. Apabila ingin mecari restaurant ini di google map bisa di searching dengan key word Hotel Indochine 2 Phnom Penh kemudian gunakan street view mengarah ke Mekong River dan restauran ini terletak di kiri jalan.
Setelah perut terisi penuh kami naik mobil kembali untuk menuju Killing Field. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 1 jam dan mobil yang kami pakai adalah Mercedez Bens Van dengan biaya sewa USD 55 untuk mobil, bahan bakar dan driver selama 12 jam. Harga sewa mobil di Phnom Penh lebih murah dibandingkan dengan di Ho Chi Minh City tetapi memiliki sistem yang sama yaitu waktu sewa adalah dihitung mulai dari jam 07:00-19:00.
 





Kiling Fields (Choeung Ek) adalah tempat eksekusi penduduk Cambodia semasa rezim Pol Pot. Tiket masuk ke tempat ini adalah USD 3 per orang. Sebagian besar korban yang dieksekusi adalah dokter, pengacara, insinyur, guru, diplomat tinggi dan   profesional lain.Choeung Ek awalnya adalah pemakaman warga Tionghoa yang berada di kawasan seluas sekitar 2,5 hektare. 
 Di sini kita bisa melihat tengkorak para korban, pakaian korban, tempat ditemukannya kuburan dan banyak hal mengerikan lainnya.
Dengan masih membawa perasaan ngeri dan trenyuh kami meninggalkan Killing Field dan menuju ke Tuol Sleng Genocide Museum. Sesampainya di sana kami membeli tiket sebesar US$ 2 per orang dan kami rekomendasikan untuk menyewa guide resmi (dengan biaya tambahan) di kedua tempat tersebut. Tuol Sleng Genocide Museum dulunya merupakan sebuah Kamp Konsentrasi yang dibangun oleh Pol Pot pada masa rezim Komunis Khmer Merah dari tahun 1975-1979.

Tuol Sleng merupakan Bahasa Khmer yang berarti "Bukit Pohon Beracun". Tuol Sleng dahulu merupakan  "sekolah Tuol Svay Prey Secondary School" dan pada masa rezim Khmer Merah sekolah yang terdiri atas empat gedung bertingkat 3 gedung dijadikan sebagai penjara dan tempat intrograsi para tahanan. Foto-foto para korban, ilustrasi penyiksaan, alat-alat penyiksaan dan bangunan penjara masih terjaga sampai sekarang. Ada peringatan ketika memasuki area ini, untuk menghormati arwah yang sudah meninggal para pengunjung dilarang untuk tertawa. Bagi kami, jangankan tertawa tersenyumpun kami tidak sanggup setelah melihat semua yang ada di dalam museum ini.
Waktu menunjukkan pukul 12:00, tidak ada tujuan lain selain Sholat Jum’at di Masjid Jami Saad Bin Abi Wakas yang dekat dari Tuol Sleng. Sholat Jum’at selesai pukul 13:00 dan kami kemudian kembali ke mobil untuk menuju ke Royal Palace. 
 

Royal Palace yang terletak di pusat kota ini begitu megah dengan dengan warna kuning keemasan seakan menjadi simbol keindahan tempat ini.  Royal Palace merupakan kompleks bangunan istana yang berfungsi sebagai kediaman resmi Raja Kamboja dan keluarga kerajaan. Kami gunakan waktu yang ada untuk mengelilingi setiap sudut Royal Palace.
Tidak lengkap rasanya kalau berkunjung ke suatu tempat tidak mengunjungi pusat oleh-oleh.
 Di Cambodia ada dua tempat untuk berbelanja oleh-oleh yaitu Russian Market dan Central Market. Kami mengunjungi kedua tempat tersebut dan merekomendasikan Central Market karena tempatnya lebih bersih, luas dan teratur apabila dibandingkkan dengan Russian Market.
Barang yang dijual dan harganya sama diantara kedua tempat bahkan Central Market lebih banyak memiliki pilihan.

 

Waktu menjelang sunset dan driver kami menawarkan Cruise di Sungai Mekong. Kami diminta untuk membayar US$ 25 untuk satu kapal dan tanpa pikir panjang kami menyetujui harganya. Cruise kali ini memang berbeda dengan yang kami lakukan di Bangkok dimana kapal yang kami gunakan cukup besar dan kami mengelilingi Sungai Mekong selama satu jam. Tepat pukul 19:00 kami kembali ke dermaga semula kemudian kami minta diantarkan ke Halal Restaurant untuk makan malam dan kami akan jalan kaki untuk ke hotel karena dekat. Sukron Sukri

Day 4, Wat Phnom, Independent Monument, River Front, Siem Reap
Pukul 08:30 semua tas bawaan, kami titipkan di Front Office dan kami menuju Restaurant untuk
 makan pagi. 
Selesai makan pagi kami menyewa Tuk Tuk untuk mengantarkan kami ke Wat Phnom dengan membayar US$ 5. Wat Phnom adalah kuil Buddha yang dibangun pada tahun 1373 dan berdiri 27 meter di atas tanah. Terdapat juga spot-spot terbaik di sini antara lain jam raksasa yang aktif, patung kobra, patung-patung yang indah dan ritual melepas burung dari sangkar.
Kira-kira 2 Km dari Wat Phnom terdapat Independent Monument yang sangat indah. Kami menyewa Tuk Tuk lagi untuk mengantar kami ke tempat tersebut dan berakhir di Riverside. 

Independent Monument (Vimean Ekareach) diresmikan pada tanggal 9 November 1962 untuk merayakan kemerdekaan dari Perancis pada tahun 1953.Monument yang berbentuk menyerupai teratai ini memiliki tinggi 20 meter dan dirancang  oleh arsitek Kamboja, Vann Molyvann.

Tuk Tuk kembali mengantarkan kami dan tujuan kali ini adalah Riverside yang merupakan taman kota  terletak disepanjang sungai Mekong.  Taman ini tertata rapi dengan jalan paving yang nyaman bagi para pejalan kaki. Terdapat banyak tempat duduk  menghadap sungai atau jalan yang disediakan sepanjang Riverside. Bendera dari berbagai negara termasuk Indonesia di kibarkan di tiang-tiang bendera dan bagi yang suka fitnes silahkan menggukanan peralatan yang disediakan secara gratis.
Dari Riverside kami kembali ke hotel untuk mengambil tas dan menunggu jemputan dari Mekong Express. Belajar dari pengalaman perjalanan dari Ho Chi Minh City kami mampir lagi di Restaurant Halal untuk membeli makan malam. Kami membeli Nasi Goreng yang kami bungkus untuk makan malam di tengah perjalanan. Kami merekomendasikan hal ini untuk mengindari makanan yang tidak Halal. Jemputan kami datang dan kami diantarkan ke Kantor Mekong Express untuk menunggu bus yang akan mengantarkan kami ke Siem Reap. Tiket bis sudah kami beli online seharga USD 14 per orang. Walaupun Bis di Vietnam dan Cambodia tidak sebagus bis yang ada di Indonesia namun pelayanan dari staff Mekong Express sangat profesional, ramah, kantornya juga bersih dan nyaman. Dari pengalaman kami di dua perjalanan dengan menggunakan Mekong Express kami merekomendasikan perusahaan ini. Perjalanan menuju Siem Reap diluar dugaan kami, ternyata jalan utama sepanjang 300 km sebagian besar dalam perbaikan sehingga apabila kita bersimpangan dengan kendaraan dari arah berlawanan maka debu tebal akan menutupi pandangan. Di tengah perjalanan bus berhenti untuk istirahat di sebuah restaurant dan dugaan kami benar bahwa restaurant tersebut tidak menyediakan masakan Halal. Kami membuka bekal kami dan setelah semua penumpang selesai makan kemudian bus melanjutkan perjalanannya. Tepat pukul 23:30 bus sampai di Seam Reap dan kami menggunakan Tuk Tuk untuk ke hotel dan kami menggunakan Tukk Tuk yang sama untuk mengantarkan kami ke Angor Wat keesokan harinya

Day 5, Angkor Wat
Kami menginap di Mei Gui Guest House yang beralamat di No. 308Group 8, Village Stung Thmey, SangkatSvay Dang Kum, Siem Reap. Seperti budget hotel lainnya yang umumnya bertingkat, bangunan hotel ini juga bertingkat. Kami menyewa 1 kamar Family Room (1 kamar bisa untuk 4 orang) dan 1 kamar standard untuk 2 orang. Semua kamar ber AC, WiFinya kenceng, kamarnya luas, hotelnya juga bersih dan semua hotel yang kami pesan menyediakan sabun, sikat gigi, pasta gigi dan handuk meskipun semuanya budget hotel.  
Kami melihat jam dan saat itu waktu menunjukkan pukul 01:00 dini hari dengan suhu 17ºC. Kamipun dengan lelap tertidur dan berapa lama kemudian saya merasakan kejanggalan. Diantara sadar dan tidur saya sayup-sayup mendengar orang mengaji dan suara Adzan yang sangat dekat dengan telinga saya. Saya pun terbangun dan suara tersebut hilang, maka segeralah saya Sholat Subuh. Sekitar pukul 07:30 saya berinisiatif mencari restaurant halal unuk makan pagi…..dan Alhamdulillah tepat didepan hotel terpampang papan nama CAMBODIAN MUSLIM RESTAURANT dan sekitar 200 meter dari hotel terlihat Kubah Masjid. Terjawab sudah asal suara Adzan dan masalah makan kami. Masakan di restaurant tersebut enak serta sesuai dengan lidah Indonesia selain itu tempatnya bersih dan pemiliknya sangat ramah. Bagi yang mencari lokasi akomodasi yang dekat dengan Halal Restaurant kami merekomendasikan kedua tempat ini.


Ada beberapa hal yang yang harus diperhatikan ketika mengunjungi Angkor Wat, perlu satu hari penuh untuk mengelilingi komplek Angkor Wat, antara satu komplek ke komplek yang lain jaraknya lumayan jauh sehingga kita perlu diantarkan menggunakan Tuk Tuk, sebaiknya memesan Tuk Tuk via hotel, agen perjalanan atau agen bus. Kami dibantu untuk memesan Tuk Tuk oleh staff Mekong Express ketika di Phnom Penh sehingga kami tidak perlu mencari-cari Tuk Tuk untuk perjalanan dari kantor bus ke hotel dan tour ke Angkor Wat. Biaya untuk menyewa satu buah Tuk Tuk untuk tour di Angkor Wat adalah US$ 20 per Tuk Tuk dari jam 08:00 sampai 17:00.                    
Pukul 08:00 Tuk Tuk yang kami sewa tiba di hotel untuk mengantar kami ke Angkor Wat. Setelah perjalanan kira-kira 30 menit kami sampai di loket pintu masuk untuk membeli tiket. Kita harus mengantri satu persatu karena kita akan diambil photo yang nantinya akan tercetak di tiket masuk. Foto kami sudah tercetak satu persatu di tiket kami kecuali anak perempuan saya yang berusia 11 tahun karena 12 tahun ke bawah tidak perlu membeli tiket. 
 

Tujuan pertama kami adalah Angkor Wat, komplek candi  yang dahulunya merupakan candi Hindu yang kemudian digunakan sebagai candi agama Budha. Candi ini dibangun di abad ke 12 olah Raja Suryawarman di Yasodharapura (sekarang disebut Angkor) Ibu Kota kerajaan Khmer. Diantara komplek candi di Angkor, Angkor Wat adalah komplek candi yang terbesar dimana sekelilingnya adalah danau. Semua bangunan terbuat dari batu sehingga membuat dinding berwarna abu-abu. Kami sangat merekomendasikan untuk memakai pakaian yang berwarna cerah ketika berkunjung ke Angkor Wat karena foto yang dihasilkan akan tampak bagus ketika kita berfoto dengan background dinding candi. Sekitar dua jam lebih kami habiskan waktu di Angkor Wat ini karena besarnya area Angkor Wat dan banyaknya spot yang indah untuk berfoto.
Lepas dari Angkor Wat kembali Tuk Tuk  mengantarkan kami, kali ini tujuan kami adalah Angkor Thom yang merupakan komplek terbesar kedua. Kami mulai dari Prasat Bayon yang di dalamnya banyak ditemui relief wajah. Kalau kita bisa mengetahui trik berfoto maka kita bisa membuat trik foto yang seolah-olah kita menyatu dengan relief tersebut. Dengan berjalan kaki kita bisa menelusuri candi-candi di dalam komplek Angkor Thom yang berikutnya adalah Buphuon. Sesampainya di sini kita harus berjalan kaki menelusuri jalan masuk yang seperti jembatan. Sesampainya di ujung jalan kita harus menaiki anak tangga untuk masuk ke dalam candi.
Selesai mengunjungi Buphuon kami berjalan lagi menuju candi berikutnya yaitu Phimeanakas yang berjarak sekitar 100 meter. Kami melalui jalan berbatu yang menhubungkan kedua candi tersebut dan karena kami sangat capek kami tidak masuk ke dalam candi dan hanya berfoto di depan pintu masuknya.  Selesai beristirahat sekitar 15 menit kami kembali berjalan menuju candi berikutnya yaitu Elephant Terrace. Disini banyak dijumpai relief kepala gajah dengan belalinya sebagai penyangganya. Disebelah kanan terdapat  sebuah bangunan dengan tembok tinggi dari batu yang berwarna hitam.

Tanpa disadari waktu sudah menunjukkan pukul 14:00 dan didepan Elephant Terrace kami membeli   kelapa muda dan buah nanas segar untuk meneyegarkan stamina. Semua sopir Tuk Tuk menunggu penumpangnya disini termasuk sopir kami.  Puas menyantap buah nanas dan minum kelapa muda kami diantar ke tujuan terakhir yaitu Ta Prohm atau Jungle Temple. 
 
  
Kami tidak sabar untuk melihat bangunan candi yang dililit dengan akar pohon yang besar. Sampai di pintu masuk, sopir Tuk Tuk kami memberitahu kami kalau dia akan menunggu di pintu keluar yang lain, jadi di sini ada dua pintu masuk dan keluar. Kami sangat terkesima dengan bangunan yang indah dan dililit akar pohon yang sangat besar. Pohon tersebut bahkan tumbuh menjulang tinggi di atas candi dimana akarnya turun ke bawah melewati bangunan dan masuk ke dalam tanah. Sungguh pemandangan yang mengagumkan…Masya Allah.
Kami  harus mengahiri perjalanan untuk meng-explore Angkor Wat Complex karena waktu sudah menunjukkan pukul 16:30. Sehari dirasa kurang untuk mengunjungi seluruh candi (Wat) di Angkor Wat Complex, itulah mengapa pengelola memberikan pilihan harga tiket. Hal yang harus diperhatikan bila mengunjungi Angkor Wat antara lain; Fisik harus fit karena harus berjalan kaki untuk mengunjungi setiap candi, bawalah bekal makan siang  yang Halal karena kami tidak menemukan Halal Restaurant di sekitar Angkor Wat, tidak ada Toilet di dalam area candi, toilet hanya berada tempat parkir kendaraan yang jaraknya jauh dari candi. 

Day 6, Departure, Putra Jaya, Denpasar
Waktu menunjukkan pukul 04:30 dengan suhu 17°C dan hari ini kami harus kembali ke Tanah Air menggunakan Air Asia take off pukul 08:45. Selesai mandi kami menuju Restaurant di depan hotel untuk makan pagi yang kebetulan restaurant tersebut sudah buka pukul 05:00. Kami sudah memesan Tuk Tuk melalui pihak hotel untuk siap pukul 05:30 dengan biaya US$ 4 per Tuk  Tuk untuk mengantar kami menuju Airport. Selesai melakukan proses check in dan boarding pesawat kami take off pukul 08:45 dan landing di KLIA2 pukul 11:30. Kami sengaja memilih penerbangan malam ke Bali agar kami bisa berjalan jalan ke Putrajaya. Begitu landing kami bergegas menuju tempat penitipan barang yang berada di lantai dasar setelah counter Imigrasi, kami menitipkan semua tas kami yang berjumlah 6 buah dengan biaya RM18/buah. Sebenarnya lebih murah jika kita bisa menyewa locker dengan biaya RM 28/locker yang bisa memuat 2 sampai 3 tas dalam 1 locker tetapi saat itu semua locker sudah penuh. Selesai menitipkan tas kami bergegas menuju ticket counter KLIA Transit untuk membeli tiket kereta menuju Putrajaya Sentral dengan harga RM 6.20 per orang. Sesampainya di Stasiun Putrajaya kami ke lantai dua untuk makan siang serta Sholat Dzuhur dan ternyata di Stasiun Putrajaya juga terdapat Locker dengan biaya lebih murah dibanding di KLIA.
Rencana kami di Putrajaya adalah melakukan City Tour di kota yang menjadi pusat pemerintahan ini.
Ada dua cara untuk melakukan City Tour di sini yaitu dengan menaiki Bus Kota atau dengan menaiki Putrajaya Sightseeing Bus dengan membayar RM 15 per orang. Kami memutuskan untuk menaiki Putrajaya Sightseeing Bus  walaupun harus menunggu sekitar 1 jam lebih karena bus ini hanya memiliki 2 jadwal yaitu pukul 10:30 dan 14:30 kecuali hari Jum’at hanya pukul 15:00. Kami membeli tiket bus di ticket counter di lantai 2 dan turun ke terminal Putrajaya Sentral di lantai dasar untuk naik bus.
Tempat yang akan dikunjungi adalah Putra Square, Putra Mosque, Prime Minister Office, Sisiran Putra Jaya, PICC, Seri Gemilang Bridge,  Seri Saujana  Bridge dan Seri Wawasan Bridge.


Tepat pukul 14:30 bus berangkat menuju tujuan petama yaitu Seri Wawasan Bridge  (Jambatan Seri Wawasan) yang menghubungkan Precinct 2 dan Precinct 8 yang memiliki panjang  240 meter. Jembatan ini memiliki ornamen kabel yang terbuat dari besi tunggal yang dihubungkan ke tiang beton.  
Setelah 15 menit berhenti di jembatan ini kami kembali ke dalam bus untuk menuju Putra Mosque, Sisiran Putra Jaya, Putra Square dan Prime Minister Office. Tempat ini merupakan satu komplek tempat tujuan wisata dan kami berhenti selama 40 menit karena banyaknya tempat yang harus dikunjungi. Tujuan pertama di komplek ini adalah Sisiran Putrajaya yaitu side walk dengan taman dan pemandangan yang indah di pinggir sungai. Berjalan naik ke atas maka kita akan menjumpai Putra Mosque dan sesuai namanya bangunan ini adalah Masjid dengan bangunan yang sangat besar. 
 

Bagi pengunjung wanita baik Muslimah atau Non Muslimah diwajibkan untuk mengenakan Jubah yang sudah disediakan apabila tidak mengenakan pakaian yang tertutup atau mengenakan pakaian Muslimah model Gamis. Di depan Putra Mosque adalah Putra Square yang menghadap ke Prime Minister Office.


Dataran Putrajaya adalah tujuan berikutnya, kami berhenti selama 15 menit untuk berfoto di tempat ini. Didepaan Dataran Putrajaya adalah Istana Kehakiman yang mungkin di Indonesia adalah Kantor Kehakiman. 
 

Yang harus diperhatikan di sini, berhati hatilah ketika berfoto karena antara trotoar dan jalan raya tingginya sejajar dan semuanya merupakan paving yang warnanya hampir sama.

Bus kemudian melaju ke sebuah bangunan besar yang berdiri di atas bukit yang berbentuk seperti kepala Burung Elang, itulah yang kami lihat dari kejauhan. Begitu masuk ke area parkir ternyata ini adalah PICC (Putrajaya International Convension Centre). Kami tidak masuk kedalam gedung PICC tetapi berhenti di halaman PICC karena pemandangan dari halaman PICC yang mengarah ke bawah sangat indah. Kita bisa melihat pemandangan Kota Putrajaya, Jembatan Seri Gemilang dan bangunan pencakar langit.
Kami kembali ke Bus dan melanjutkan perjalanan, tidak jauh dari PICC bus berhenti kembali selama 15 menit di Seri Gemilang Bridge.  Seri Gemilang Bridge (Jambatan Seri Gemilang) memiliki panjang 240 meter yang menghubungkan Precinct 4 dan 5 Precinct di Putrajaya. Jembatan  ini dihiasi dengan ornament dari beton yang indah di sisi kanan dan kiri. Ada tiga jalur lalu lintas di setiap sisi dan terdapat tiang lampu penerangan di sepanjang pembatas jalur. 
Tempat yang kami kunjungi berikutnya merupakan tujuan terakhir yaitu Seri Saujana Bridge. Berbeda dengan kunjungan kami di beberapa jembatan sebelumnya kali ini kami tidak berhenti di jembatan tersebut tetapi di taman yang terletak di samping jempatan. Kita bisa melihat jembatan yang membentang dari taman yang dipagari oleh besi yang kokoh dan rapi. Di dalam area taman tersebut juga terdapat taman yang bergaya Cina yang dibangun atas kerja sama antara kedua negara.
 

Pengemudi Bus memanggil kami para penumpang yang jumlahnya sekitar 15 orang dan berasal dari berbagai negara untuk kembali ke bus. Kami diantar kembali ke Terminal Bus Putrajaya Sentral setelah berkeliling selama kurang lebih dua setengah jam. Sesampainya di terminal bus kami kembali menaiki KLIA Transit menuju KLIA 2 untuk terbang kembali ke Bali. 
Putrajaya, bayangan kami hanyalah komplek perkantoran dengan bangunan yang kaku, formal dan hampir sama layaknya kantor yang ada di Indonesia. Tetapi dengan perencanaan yang matang, wilayah ini memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai pusat pemerintahan dan tujuan wisata. Dua hal yang sebenarnya bertolak belakang namun kekakuan birokrasi berhasil dilunakkan dengan keindahan. Ini hanyalah sebuah perubahan sudut pandang dan cara berpikir, bagaimana sebuah jembatan bisa dijadikan obyek wisata, bagaiamana sebuah ruang kosong yang tidak luas bisa dijadikan spot wisata dan bagaimana kantor-kantor dijadikan icon wisata.  Selain itu yang membuat saya heran adalah sebagian besar jalan di Putrajaya adalah paving tetapi tidak sekalipun saya merasakan goncangan di dalam bus seakan akan kami melalui jalan aspal hotmix.
Perjalanan kami ini memiliki cerita yang panjang karena kami melalui empat negara yaitu Singapore, Vietnam, Cambodia dan Malaysia. Setiap negara memiliki keunikan masing-masing dan telah menerima kami dengan hangat. 
Thank You Singapore, Cảm ơn Vietnam, សូមអរគុណ (ArKOUN) Cambodia, Terima Kasih Malaysia.